Tradisi Slikasan Tanda Petani di Tuban Mengawali Tanam Padi

Tubannews.id – Ada tradisi unik yang sampai dengan saat ini masih terus dilakukan dan dilestarikan oleh sejumlah warga masyarakat petani Desa Pugoh, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, Jawa Timur sebagai upaya menjaga tradisi yang diwariskan oleh para leluhur terdahulu.

Tradisi yang sampai saat ini masih menjadi agenda rutin para petani di wilayah barat Kabupaten Tuban itu adalah Slikasan. Ritual Slikasan yang merupakan peninggalan nenek monyang itu dilakukan oleh warga Desa Pugoh, Kecamatan Bancar itu saat mereka akan mengawali menanam pagi.

Sebagai salah satu upaya untuk melestarikan budaya Slikasan itu, warga desa bersana dengan pihak desa menggelar Kirab Budaya berupa Festival Slikasan sebagai salah satu bentuk prosesi upacara adat warga setempat.Mereka para warga memakai baju adat, dengan membawa umbul-umbul, cangkul, buah-buahan dan makanan lain, serta padi.

Dalam proses ritual ratusan warga desa itu mengikuti kirab yang juga mengarak gunungan dari hasil bumi berupa buah-buahan dan sayuran yang ikut dalam arak-arakan mengelilingi desa.Tak lupa meraka juga membawa sesaji untuk dikirab ke sendang desa kemudian disucikan dan didoakan, termasuk padi yang akan ditanam.

Ketika semua sudah disucikan benda-benda ritual kemudian dibawa ke sawah untuk ditanam. Proses menanam diawali dari Jago Tandur atau ketua kelompok tani yang dituakan terdiri dari 4 orang laki-laki dan 2 perempuan.

Petani sedang melakukan tanam padi.
Para petani di Desa Pugoh, Kec Bancar, Tuban saat melakukan tanam setelah tradisi Slikasan.(foto: dok ist)

Mereka menanam padi yang telah diarak dan disucikan di sisi pinggir sawah. Selanjutnya, disusul oleh seluruh petani setempat. Setidaknya dalam prosesi ritual itu lebih dari 400 petani mengikuti “tandur” atau tanam di lahan sawah seluas 1 hektare yang telah disiapkan.

Dalam kesempatan itu, Kusyanti, yang merupakan Kepala Desa Pugoh, menerangkan bahwa Fetival Slikasan kali ini merupakan yang kedua digelar oleh di desa setempat. Tujuannya untuk melestarika ajaran luhur kepada generasi muda dan masyarakat modern saat ini mengenai pentingnya sebuah proses dalam menjalani kehidupan.

“Seperti proses kita membuat nasi dari sebutir beras. Bagaimana bisa menjadi sebuah nasi? Itu memerlukan proses panjang dari mulai menanam padinya,” kata Kusyanti.

Ia juga menambahkan, Slikasan hadir dengan memadukan konsep budaya leluhur zaman dulu dengan era modern. Maksudnya agar mudah diterima oleh generasi saat ini dengan catatan tidak mengurangi nilai luhur yang ada.

“Kami Pemdes Pugoh berusaha untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dan memiliki atas budaya dan adat kita, sehingga tetap bisa terjaga,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Tuban, M. Emawan Putra dalam kesempatan tersebut mengatakan, ritual adat menanam “tandur” padi bersama yang dimulai dengan upacara adat bernama Slikasan ini memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi wisata budaya.

Menurutnya, acara ini juga bisa menjawab program OVOP dari Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky, mengenai penggalian potensi desa untuk kemajuan ekonomi.

Diharapkan, dengan Festival Slikasan yang mulai dilaksanakan secara rutin, bisa menjadi pemantik wisatawan luar Tuban untuk berkunjung ke Tuban. “Mudah-mudahan bisa ramai setiap tahun, dan meningkatkan perekonomian desa,” pungkasnya.

Usai prosesi tandur, dilanjutkan dengan arakan menuju kembali ke sendang untuk melaksanakan kenduri, dan makan bersama seluruh masyarakat desa.(Ar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *