Semasa Aktivis Korlap Aksi, Lantang Teriakkan Keadilan dan Demokrasi

Jejak Digital Komisioner Bawaslu Tuban 2023-2028

Disini negeri kami, Tempat padi terhampar, Samudranya kaya raya, Tanah kami subur tuan, Di negeri permai ini, Berjuta rakyat besimbah ruah, Anak buruh tak sekolah, Pemuda desa tak kerja-Mereka dirampas haknya, Tergusur dan lapar, Bunda, relakan darah juang kami, ‘Tuk membebaskan rakyat, Mereka dirampas haknya, Tergusur dan lapar, Bunda, relakan darah juang kami, Padamu kami berbakti

Tubannews.id – ITULAH sebagian lirik lagu Darah Juang. Dan secara penuh syair lagunya kerap dilantunkan para aktivis mahasiswa kala menggelar aksi dan demontrasi. Lagu berjudul Darah Juang menjadi salah satu nafas para aktivis mahasiswa ketika turun jalan. Dinyanyikan secara serentak, semangat juang para aktivis semakin tebal.

Dengan Darah Juang itu, terik matahari yang menyengat, derasnya air hujan tak menyurutkan semangat para mahasiswa untuk tetap menyuarakan hak rakyat. Apapun rintangan dan tantangannya, semangatnya selalu membara. Tak hanya terjadi di ibu kota, namun di pelbagai daerah.

Semangatnya berapi-api demi negeri tercinta ini. Di Kabupaten Tuban juga kerap terdengar nyanyian itu dari para aktivis yang turun jalan. Dengan genggaman megapohne, pekikan suara rakyat terus didengungkan.
Era menjadi aktivis penuh perjuangan, sejarah dan cerita yang tak akan lekang oleh waktu. Hal itu nampaknya juga dialami oleh mantan aktivis mahasiswa dari Tuban. Di antaranya oleh M. Arifin (GMNI), Abdul Mundlir (HMI), Nabrisi Rohid (GMNI), Mochamad Sudarsono (GMNI) dan Sutrisno Puji Utomo (PMII).
Mereka semuanya pernah turun jalan memegang megapohone dengan bendera aktivis masing-masing. Suara lantang meneriakkan keadilian dan demokasi untuk seluruh rakyat.

Kini mereka sudah beda tempat, beda suasana. Semuanya telah menjadi pemimpin. Yakni menjadi anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Tuban masa bhakti 2023-2028.
M.Arifin sebagai Ketua Bawaslu Tuban ; Abdul Mundlir selaku Koordinator Divisi Sumber Daya Manusia, Organisasi, Pendidikan dan Pelatihan ; Nabris Rohib sebagai Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dam Humas : Mochamad Sudarsono sebagai Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran, Data dan Informasi; Sutrisno Puji Utomo selaku Koordinator Hukum dan Penyelesaian Sengketa.

‘’Hari ini saya pribadi harus siap segera menyesuaikan diri atas amanah baru yang saya terima.
Sangat mengejutkan juga pada saat pengumuman penetapan nama saya keluar terpilih menjadi satu dari lima Komisioner di Bawasl,’’ kata Sutrisno Puji Utomo, saat dikonfirmasi tubannews.id.

Disampaikan dia, dirinya memang aktif dibidang aktivis, serta beberapa organisasi kepemudaan. Dan kini merasa bersyukur karena hari ini dapat berpartisipasi dalam pesta demokrasi di Indonesia. ‘’Dan nantinya saya akan senang sekali kinerjanya nanti selama menjabat sebagai Komisioner Bawaslu kinerja saya dikontrol kawan-kawan saya. Saya tidak akan tutup pintu untuk kawan-kawan, karena kita masih sama,’’ tegasnya.

M. Arifin ketika dikonfirmasi tubannews.id tak banyak komentar mengenai perjalanan hidup dan karirnya. ‘’Ruang dan posisinya yang dulu dengan saat ini saja yang berbeda, kalau semangat masih sama,’’ jawab dia singkat.

Senada disampaikan Nabrisi Rohid. Menurutnya, dulu memang menjadi aktivsi di GMNI Tuban hingga Jawa Timur. Segala hiruk-pikuk untuk perjuangan terus dilakukan untuk menegakkan demokrasi dan keadilan bersama rakyat.
Tentunya, lanjut Naha, sapaan akrabnya ini, kini saatnya dirinya terus berjuang di tempat yang baru sebagai Anggota Bawaslu Tuban. Salah satu perjuangan dengan tetap Bersama Rakyat Awasi Pemilu, Bersama Bawaslu Tegakkan Keadilan Pemilu.

Mochamad Sudarsono mengatakan sejarah tentu menjadi cermin bagi perjalanan hidupnya. ‘’Mengutip Bung Karno Jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah),’’ tegas mantan jurnalis Surya.co.id dan Tribunjatim.com.

‘’Apa yang saya alami sejak dulu menjadi aktivis, berbekal megapohne dan secarik kertas berisi data dan tuntutan, tentu itu merupakan proses pendewasaan baik secara pribadi maupun organisasi,’’ tambah pemuda kelahiran Bulu Kecamatan Bancar Tuban ini.

Ditambahkan Nonok, sapaan akrabnya ini, berkat pelajaran hidup itulah, dirinya bisa berada dititik sekarang dan tentu tidak terlepas dari doa kedua orang tua.

‘’Di pekerjaan sekarang sebagai Komisioner Bawaslu, harus bisa beradaptasi dengan model kerja yang baru pula sebagai penyelenggara pemilu. Insya Allah dengan latar belakang pekerjaan lapangan yang selama ini saya jalankan, tidak banyak yang berubah terkait aktivitas sosial baik keluarga, maupun dengan teman-teman, termasuk dengan teman-teman pers,’’ jelasnya.

Menurut dia, menjadi Komisioner di Bawaslu harus mengedepankan Demokrasi, di mana setiap langkah atau tahapan, sudah diatur dalam aturan yang ada. Baik undang-undang maupun peraturan turunannya yang menjadi acuan dalam menjalankan tugas. Bawaslu harus bisa menjadi tonggak pengawal demokrasi, bersama rakyat ikut melakukan pengawasan pelaksanaan pemilu di setiap tahapannya.

Abdul Mundlir mengatakan, prinsipnya saat ini ketika menjadi komisioner Bawaslu Tuban, langkah pertamanya dengan penguatan karakter pribadi dalam mendedikasikan diri sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat yang mengawasi dan menegakkan keadilan pemilu di kabupaten Tuban.

”Penguatan karakter pribadi tersebut harus kita jewantahkan dengan prilaku jujur dan adil selama mengemban amanah sebagai Komisioner Bawaslu Tuban, terlebih saya ini termasuk komisioner yang masih muda, sehingga kita harus punya langkah yang terukur dan paradigma berfikir yang lebih luas dalam pengawasan kepemiluan, sehingga output kinerja pengawasan yang kita lakukan adalah kinerja pengawasan yang terbaik,” terang alumnus Universitas Negeri Surabaya ini.

Nah, saat ini semuanya duduk di Bawaslu Tuban masa bhakti 2023-2028. Saat ini dan kedepan, masihkan pena aktivisnya menajamkan nuraninya mengawasi Pemilu?. Semoga saja dan rakyat menanti. (zak)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *